Harga Tertinggi Dalam 50 Tahun! Kopi Indonesia Laris Manis di Amerika

Penjualan kopi Nusantara di kawasan Jakarta, Jumat (13/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Ketidakpastian cuaca dan kekeringan panjang membuat harga kopi terus merangkak naik mendekati level tertinggi dalam setengah abad.

Harga kopi arabika berjangka untuk pengiriman bulan Maret mencapai titik tertinggi baru secara intraday di posisi 348,35 sen per pon pada Selasa (10/12/2024), ini merupakan level tertinggi selama hampir 50 tahun terakhir.

Terakhir kali harga biji kopi arabika, varietas paling populer di dunia, diperdagangkan setinggi itu adalah pada tahun 1977 ketika salju menghancurkan sebagian besar perkebunan di Brasil.

Terkenal karena rasanya yang lembut dan manis, biji kopi arabika menguasai 60% hingga 70% pasar kopi global. Biji kopi ini umumnya digunakan dalam espresso dan kopi buatan barista lainnya.

Jika ditarik mundur selama setahun terakhir harga Kopi varietas tersebut sudah naik sekitar 70%.

Sementara itu, untuk harga kopi robusta berjangka juga naik ke rekor tertinggi baru pada akhir November lalu. Biji kopi robusta dikenal karena rasanya yang kuat dan pahit dan biasanya digunakan dalam campuran kopi instan.

Naiknya harga kopi ditengarai kekeringan berkepanjangan, sementara pasokan bergantung dari beberapa negara, termasuk Indonesia.

Menurut USDA, Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS), produksi kopi Indonesia untuk tahun panen 2024/2025 diproyeksikan mencapai 10 juta kantong (1 kantong = 60 kg), turun 8% dari prediksi sebelumnya.

Wilayah Sumatera Selatan, penghasil utama robusta yang menyumbang 85% dari produksi nasional, mencatat pemulihan yang tidak merata. Sebaliknya, di Sumatera Utara, produksi arabika tetap stabil dengan 1,4 juta kantong, berkat cuaca yang mendukung dan dukungan teknis bagi petani lokal.

Sumatera Utara menjadi pengecualian dengan produksi arabika yang stabil di 1,4 juta kantong. Di sini, petani memanfaatkan dukungan teknis, termasuk pelatihan penggunaan pohon penaung dan pengendalian hama. Beberapa daerah bahkan mempraktikkan sistem tumpang sari dengan tanaman sayuran untuk memaksimalkan produktivitas lahan.

Sebagai produsen kopi, Indonesia menjadi salah satu pihak yang diuntungkan, terutama untuk ekspor.

Ekspor kopi Indonesia diprediksi meningkat 18% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 5,2 juta kantong, meskipun lebih rendah dari proyeksi awal. Amerika Serikat tetap menjadi pasar utama, menyerap hingga 15% ekspor, diikuti oleh Mesir (11%), Malaysia (9%), dan Jepang (6%).

Namun, pasar Uni Eropa menghadapi tantangan besar akibat regulasi deforestasi baru (EUDR) yang memperketat persyaratan.

Meski begitu, ada keterlambatan implementasi EUDR selama 12 bulan bisa memberi ruang napas bagi eksportir untuk menyesuaikan diri.

Dengan waktu tambahan ini, diharapkan ekspor ke Uni Eropa kembali pulih secara bertahap.

Sementara itu, untuk konsumsi kopi domestik diperkirakan tetap di angka 4,8 juta kantong. Produk kopi siap minum (ready-to-drink) terus menarik perhatian konsumen berkat distribusi luas dan harga yang terjangkau, dengan mayoritas konsumen memilih produk di bawah Rp30.000.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*