Gedung Pemerintah Israel Dikepung Ribuan Massa, Netanyahu Terjepit

Orang-orang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menyerukan pembebasan sandera di Gaza, di tengah konflik Israel-Hamas, di Tel Aviv, Israel, 7 September 2024. (REUTERS/Florion Goga)
Foto: Orang-orang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menyerukan pembebasan sandera di Gaza, di tengah konflik Israel-Hamas, di Tel Aviv, Israel, 7 September 2024. (REUTERS/Florion Goga)

Puluhan ribu pengunjuk rasa anti-pemerintah Israel berkumpul di pusat kota Tel Aviv. Mereka menuntut pemerintah untuk membebaskan tawanan yang ditahan di Gaza.

Dilansir Al Jazeera, para pengunjuk rasa berkumpul di luar markas besar tentara dan gedung-gedung pemerintah lainnya pada hari Sabtu (15/9).

Para demonstran menyerukan slogan-slogan menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mendesaknya untuk mencapai kesepakatan dengan kelompok Palestina Hamas. Masa anti-pemerintah itu ingin memastikan pengembalian sekitar 100 tawanan yang masih ditahan di jalur perang tersebut.

Protes massal kembali terjadi di Israel dalam dua minggu terakhir setelah jenazah enam tawanan ditemukan dari Gaza. Diperkirakan 750.000 orang menghadiri unjuk rasa akhir pekan lalu.

Keluarga tawanan yang berpartisipasi dalam unjuk rasa hari Sabtu (15/9) mengatakan mereka frustrasi atas kegagalan negosiasi pemerintah untuk membawa pulang tawanan. Banyak yang menyalahkan Netanyahu karena tidak mencapai kesepakatan karena mereka yakin hal itu akan membantunya tetap berkuasa selama perang berlangsung.

“Pemerintah yang menyabotase kesepakatan ini menelantarkan tawanan dan membiarkan mereka mati,” kata Yotam Cohen, saudara laki-laki Nimrod Cohen, seorang tentara Israel yang ditawan di Gaza kepada AP News.

“Selama Netanyahu berkuasa, perang ini akan berlangsung tanpa batas waktu dan tidak akan ada kesepakatan penyanderaan. Untuk menyelamatkan nyawa para sandera, Netanyahu harus diganti,” ungkap Cohen.

Reporter Al Jazeera Hamdah Salhut melaporkan dari ibu kota Yordania, Amman, karena Al Jazeera dilarang di Israel, mengatakan bahwa publik Israel semakin frustrasi dengan Netanyahu.

“Mereka mengatakan dia tidak mampu dan tidak mau menerima kesepakatan. Mereka mengatakan Netanyahu dan pemerintahannya tidak melakukan apa pun untuk menjamin pembebasan [para] tawanan,” katanya.

“Netanyahu telah mengatakan dalam menghadapi tekanan, baik domestik maupun internasional, bahwa ia akan melanjutkan perang dengan cara apa pun yang ia anggap tepat hingga semua tujuan perang tercapai. Namun kenyataannya tidak satu pun dari tujuan tersebut tercapai hampir setahun kemudian,” paparnya.

Perilisan video dari Angkatan Darat

Keributan di Israel atas kematian enam tawanan meningkat setelah militer Israel merilis video terowongan Gaza tempat jasad mereka ditemukan. Video tersebut memperlihatkan lorong sempit tanpa kamar mandi dan ventilasi yang buruk.

Naama Weinberg, sepupu salah satu tawanan yang terbunuh, Itay Svirsky, mengatakan masyarakat begitu ngeri dengan kondisi yang sangat buruk dan tidak manusiawi yang dialami para sandera yang disekap di terowongan Hamas.

“Mereka sekarat, terkunci di sel-sel kecil tanpa ventilasi, di terowongan bawah tanah yang dalam tanpa udara, kekurangan gizi, tanpa melihat cahaya matahari selama 11 bulan,” kata Weinberg seperti dikutip AP.

Pejuang yang dipimpin Hamas menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menyandera hampir 250 orang selama serangan mereka di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober. Perang Israel di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina dan membuat hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*