Harga Batu Bara Ambruk, China Hingga Eropa Biang Keroknya

Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Harga batu bara terpantau turun dengan sangat drastis sepanjang pekan ini. Hal ini terjadi bersamaan dengan rendahnya permintaan batu bara dari China.

Dilansir dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (13/9/2024), harga batu bara ditutup di level US$134,6 per ton atau naik 0,45% dibandingkan sebelumnya (12/9/2024).

Sementara secara mingguan, harga batu bara telah anjlok 4,54% atau sebesar US$6,4 per ton.

Sejumlah data ekonomi China yang loyo menjadi penyebab harga batu bara turun. Kondisi manufaktur yang terkontraksi membuat permintaan pabrik menurun.

Menurut data PMI Manufaktur oleh NBS, sang Naga Asia ini sudah selama empat bulan beruntun menunjukkan kontraksi pada sektor manufaktur. Selain itu, inflasi konsumen sebesar 0,6% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus, melambat lebih dalam dari proyeksi yang berharap tumbuh 0,7% yoy. Ini menunjukkan daya beli masih cukup lemah.

Padahal, negeri Tirai Bambu ini merupakan negara yang mengimpor batu bara terbesar di dunia. Kondisi ekonomi yang lemah membuat prospek permintaan menjadi suram.

Selain itu, ada potensi produksi berlebih di China bisa membuat harga semakin turun.

Mengutip studi dilakukan Global Energy Monitor (GEM) menyebutkan, China akan memiliki lebih dari 1 miliar ton produksi batu bara dalam rencana perluasan tambangnya yang akan melihat lonjakan produksi selama tiga hingga lima tahun.

Laporan tersebut juga mengatakan 35% dari apa yang akan menjadi tambahan kapasitas tahunan sebesar 1,28 miliar metrik ton sudah dalam tahap konstruksi, dengan produksi yang ditetapkan akan meningkat secara signifikan mulai 2027.

Beralih ke India, negara importir batu bara yang cukup besar juga setelah China, mencatatkan produksi batu bara India dari April hingga Agustus mencapai 384,07 juta ton, tumbuh 6,4% dibandingkan dengan 361,1 juta ton selama periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini semakin menekan harga batu bara global.

Tertekannya harga batu barau tidak hanya disebabkan dari Asia, melainkan Eropa juga.

Dilansir dari The Coal Hub, tekanan pada harga disebabkan oleh pertumbuhan pembangkitan energi terbarukan di Eropa. Di Jerman, pangsa energi terbarukan dalam campuran energi meningkat menjadi 70% dibandingkan dengan 61% pada minggu sebelumnya. Pangsa batu bara keras (hard) turun menjadi kurang dari 6%, dari 8% seminggu yang lalu. Per 11 September, stok batu bara di terminal ARA turun menjadi 4,15 juta ton (-0,60 juta ton w-o-w).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*